Rabu, 29 Desember 2010

Observasi Radar Malang.

Tidak hanya terjebak pada fisik

By. Fitri Aulia

Sejak Jawa Pos menelorkan konsep Seven Rad (Tujuh Radar) di Jawa Timur pertama kali akhir 1998, secara berbarengan dibentuk media sisipan Jawa Pos di daerah. Ada tujuh Radar yang terbit secara bersamaan. Yakni Radar Jember, Radar Bromo, Radar Mojokerto, Radar Kediri, Radar Bojonegoro, Radar Madiun, dan Radar Madura. Rata-rata Radar-Radar itu terbit 8 halaman. Dari sisi perkembangan, Radar-Radar itu tumbuh pesat. Peminatnya pun cukup tinggi. Hasilnya pun sesuai dengan pemikiran dan prediksi CEO Jawa Pos Dahlan Iskan waktu itu. Yakni, perkembangan koran di masa depan akan sangat ditentukan seberapa banyak local content di dalamnya. Sebab, local content itu akan mempengaruhi proximity media-media di daerah. Prediksi Dahlan Iskan itu pun tepat. Terbukti Seven Rad tumbuh cukup pesat. Dalam setahun, Radar sudah menjadi koran daerah yang cukup diperhitungkan. Apalagi Radar itu berada di dalam Jawa Pos. Perkembangan konsep local content pun makin diperbanyak. Pada kurun waktu 1999, Jawa Pos akhirnya menambah Radar-Radar baru lagi. Yakni Radar Malang, Radar Banyuwangi, Radar Bali, dan Radar Jogjakarta.
Di Malang, tahun 1999 masih ada biro Jawa Pos. Di mana, satu halaman Jawa Pos dipersembahkan khusus untuk informasi-informasi dari Malang Raya. Atas kebijakan Jawa Pos, satu halaman khusus Malang itu bermetamorfosa menjadi Radar Malang.
Maka jadilah Radar Malang berdiri sendiri dengan empat halaman penuh. Radar Malang kala itu digawangi oleh para wartawan senior Jawa Pos di Malang dan dibantu wartawan dari Jawa Pos Surabaya. Mereka adalah H Khariri Mahmud (Pemimpin Redaksi), Widodo Irianto (Wakil Pemimpin Redaksi), Agus Purbiantoro (Pemimpin Perusahaan), dan Usman Syahadat (Wakil Pemimpin Perusahaan). Sedang ’’bantuan’’ dari Surabaya digawangi Yulfarida (redaktur) dan Khoirul Anwar (wartawan).
Radar Malang Otonom
Setelah setahun menjadi sisipan Jawa Pos, pada April 2001 Radar Malang otonom. PT Jawa Pos Radar Timur (JPRT) yang menaungi Radar-Radar waktu itu, mengirim’’tenaga baru’’. Akhirnya Radar Malang pun menjadi koran daerah otonom. Yakni, media lokal Malang yang berhak menentukan perkembangannya sendiri.
Karena masih berada dalam satu atap dengan Jawa Pos, secara oplah, Radar Malang juga sama dengan Jawa Pos. Yakni, rata-rata 35.000 eksemplar setiap hari dan berkembang hingga kini menjadi rata-rata 40.000 eksemplar per hari. Radar Malang pun makin tumbuh pesat dengan pembaca per hari rata-rata 200.000 pembaca per hari di Malang Raya.
Struktur Perusahaan
Radar Malang berdiri dengan badan hukum terpisah dengan Jawa Pos. Di bawah manajemen PT Malang Intermedia Pers, Radar Malang mengelola diri sendiri dengan dipimpin seorang direktur. Meski begitu, secara manajemen, Radar Malang tetap mengikuti PT Jawa Pos sebagai holding company.
Ada empat departemen di Radar Malang. Yakni Departemen Redaksi, Departemen Pemasaran, Departemen Iklan, dan Departemen Keuangan-Umum. Masing-masing departemen dipimpin oleh manajer. Para manajer ini bertanggung jawab penuh pada direktur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar