Jumat, 14 Desember 2012

The Treason

12 Desember: 01.00 pm. Di lapangan foot ball Universitas.

“Kami masih berteman, dan tidak ada yang berubah sampai detik ini!!,” wajah Harmoni memerah saat mengatakannya, ia hampir menangis. Menangis menahan segala kesedihan di hatinya. Membayangkan indahnya persahabatan tanpa memandang agama yang telah mereka bangun sejak bertahun-tahun lamanya. Ia yang Kristen, Yuree sorang Konghuju, dan Shinri yang budhisme.

“Tapi seperti yang kau lihat, saat ini…mereka tidak ada di sisimu!, kamu telah kehilangan mereka Harmoni!, kamu telah kehilangan mereka!..” Ujar Gorin. Sepertinya dia berhasil menjatuhkan Harmoni, menjatuhkan segala hal yang telah ia bangun dalam dirinya, sebuah kepercayaan.

“Aku tidak akan membiarkanmu melakukan ini Gorin, aku tahu kau salah, kau salah!!” Teriak Harmoni mencoba mengendalikan diri, ia berbalik memunggungi Gorin, mencoba mengatur nafas, dan membuang jauh segala perasaan buruk yang memenuhi kepalanya.

“Apa kalian benar-benar tega melakukan ini teman-teman?,” Hati kecilnya berkata, melontarkan tanya yang tidak pernah didengar oleh siapa pun. “Jika Gorin benar tentang ini, aku harap kalian akan mengatakannya lebih dulu sebelum seorangpun mendahuluinya. Dan jika Gorin memang benar tentang ini, kalian benar-benar telah menyakitiku.” Lirihnya dalam hati.

“Sudahlah Harmoni, kau harus terima kenyataan!. Inilah kenyataan, kenyataan bahwa mereka tidak ada disini bersamamu!!” Suara Gorin kembali mencengkram keputusasaan dalam diri Harmoni, dan dalam hitungan detik, tubuh Harmoni tergeletak tak sadarkan diri. BRUKK……

“Hem, orang sepintar kamu Harmoni, ternyata tidak sekuat yang ku pikirkan.” Gorin pun berlalu.

***

13 Desember: 06 pm. In Yuree’s Apartment.

“Ree…penampilanmu benar-benar sempurna…aku yakin malam ini akan berjalan dengan baik..” Langkah kaki itu pun berhenti, tepat di belakang bayang-bayang Yuree. Senyumnya mengembang tidak sempurna, ada sedikit luka yang menahannya. Yuree pun menjatuhkan tubuhnya, menyambut sanjungan yang belum pernah ia pahami kebenarannya.

“Terimakasih Li, kau memang yang terbaik..” bisiknya, suaranya terdengar jelas di telinga kanan Li, dan seketika matanya memerah.

“Pergilah, semua sudah siap…”

“Baik aku juga sudah siap, terimakasih Li..” Yuree pun berlalu. Li memandangnya dengan seksama, seperti tidak ingin melewatkan sesuatu.

“Ree, kamu tidak ingin menghubungi siapapun sebelum berangkat??,”

“Tidak, kehadiranmu telah menyempurnakan malam ini Li.” Senyum itu pun kembali mengembang dalam waktu singkat, dan bayangannya tak lagi bisa ditangkap Li.

Ia pun memejamkan kedua matanya, menggigit kedua bibirnya, dan kesedihan tiba-tiba mengurungnya. Pandangannya menyisir ruangan, dan bayangan Yuree memenuhi setiap sudutnya. Membayangkan perempuan yang dicintainya pergi menemui pria lain pilihannya. Kakinya kembali mengambil langkah kecil, dan ia menghempaskan tubuhnya di atas tumpukan gaun Yuree yang berserakan di atas sofa merah. Ia menghabiskan beberapa menitnya disana, menyesali apa yang tidak bisa ia miliki.

***

13 Desember: in front of Shinri’s Home.

“Shin…mobil Yuree sudah di depan..!”

“Iya…minta dia menunggu, aku akan menyempurnakan penampilanku dengan lipstick merah ini Ma..”

“Shin, dia sudah berteriak-teriak memanggilmu..”

“Iya Ma…Tunggulah…!!” Yuree menghitung tiap detiknya yang berlalu dengan sia-sia. “Shinri benar-benar membuatku marah. Jangan sampai dia berpikir akan mengalahkan penampilanku di depan Keen.”

“Aku siap!!” Suara Shinri tiba-tiba muncul di balik pintu mobil Yuree.

“Oh Tuhan, apa kau tidak merasa lipstikmu terlalu berlebihan Shin?,”

“Aku sudah menduganya, kamu pasti akan mengatakan itu. Tapi tidak tidak, aku tidak akan mengurangi merahnya kecuali saat meneguk beberapa bir.” Senyum Shinri mengembang penuh percaya diri.

Mobil itu pun melaju, dengan kecepatan yang cukup untuk seorang pengemudi perempuan. Ada tawa sepanjang perjalanan, dan perlahan mengudara. Sepertinya mereka benar-benar menikmati perjalanan ini. Hingga hp Shinri bergetar, dan Yuree tetap bernyanyi.

Shinri, Harmoni will be die. You must come. Harmoni’s Mom.

“Astaga, Ree..Harmoni, dia dalam bahaya.” Suara Shinri mendesah penuh kepanikan.

“What?, Harmoni?, apa yang terjadi padanya?,” Ree memperlambat kemudinya.

“Kita harus kesana Ree, Harmoni membutuhkan kita.”

“Tunggu-tunggu, kau yakin akan menemuinya!?,”

“Apa maksudmu??,”

“Shin, aku sudah bertahun-tahun menunggu malam ini, kamu tahu itu. Aku tidak bisa, aku akan tetap menemui Keen.” Yuree menghentikan mobilnya, matanya menatap Shinri tajam.

“Aku tahu Ree, tapi Harmoni sahabat kita.”

“Tidak, aku tidak akan menunggu malam ini lagi, pergilah. Dan maaf, aku tidak bisa mengantarmu.”

“Ada apa denganmu Ree???,”

“Tidak ada, aku hanya berusaha jujur pada diriku, bahwa aku sudah muak dengan persahabatan ini, Harmoni tidak adil, dia tidak berhak memperlakukanku seperti ini.”

“Apa yang kau katakan?? Kau sadar itu Ree?, ini Harmoni, ini Harmoni Ree.”

“Aku tahu, tapi aku tidak akan membiarkan Keen menungguku terlalu lama. Sekarang terserah padamu Shin, kau akan menemaniku menemui Keen, atau kau akan menemui Harmoni?, aku tidak punya banyak waktu untuk menunggu jawabanmu Shin.” Yuree membuang tatapannya ke arah luar mobil, tangannya nampak siap mengambil gas.

“Ree, apa ini??,”

“Cepat Shin, aku hanya punya waktu 10 detik, setelah itu jika kau tetap disini, ku anggap kau telah memberiku jawaban. Tapi seingatku, kau telah berjanji menemaniku malam ini.”

“Astaga, Ree..”

“Oke, time’s up!.” Yuree pun kembali melajukan mobilnya, tanpa sepatah kata. Sedang Shinri hanya terdiam, dan sibuk mengulang-ulang membaca pesannya, sambil berkata pelan,

“Harmoni, tunggulah…tunggu kami… Aku yakin kau pasti bisa mengerti bagaimana perasanaan Ree.. Tolong maafkan kami..” Shinri menghembuskan nafasnya.

***

13 Desember: 07.00 pm. Sesampainya di Hotel...

“Shin, aku benar-benar tidak mau Harmoni mengganggu malam ini. Malam ini milikku.” Ucap Yuree saat beberapa pria tampan menyambut mereka di depan pintu masuk hotel.

“Aku tahu, akan ku hapus nama Harmoni dari pikiranku sekarang,” Sahut Shinri. Seluruh meja telah terisi, kecuali satu meja kosong yang telah dipesan Li untuk Yuree. Meja itu terletak di sudut paling menakjubkan, kursi-kursinya menghadap tepat ke arah taman hotel yang sangat indah. Ada dua tangkai mawar di dua sisi meja. Beberapa bir terkenal pun telah siap dituangkan.

“Lihatlah Shin, Li benar-benar tahu apa yang ku inginkan.” Lirih Yuree sambil berjalan ke arah meja.

“Tapi dimana Keen, bukankah kita sudah terlambat beberapa menit?,” Tanya Shinri sambil mengedarkan pandangan ke beberapa sudut hotel.

“Pasti dia sedang bersiap-siap, aku yakin Keen akan datang.” Jawab Yuree. Beberapa pelayan berdiri mengelilingi sisi meja. Menunggu perintah dari Yuree dan Shinri.

Setelah 10 menit berlalu..

“Bel, apa kau belum melihat Keen datang?,” Suara Yuree menatap salah seorang pelayan yang berdiri tepat di sampingnya.

“Belum Nona, tapi tenanglah, dia akan datang sebentar lagi..” Jawab sang pelayan berambut pirang.

“Baik.” Potong Yuree.

15 menit berlalu…

“Nona, Tuan Keen sudah datang, dia akan sampai di meja ini dalam 3 menit. Ollu telah menyambutnya di pintu masuk.”

“Shin, kau tahu aku menunggu saat ini…” Suara Yuree kembali meyakinkan Shinri. Tak lama kemudian..

“Silahkan Tuan..” Suara Ollu membimbing Keen ke arah kursi yang telah disiapkan.

“Shinri…Yuree…Kalian benar-benar cantik malam ini. Tapi maafkan aku, aku terlambat beberapa menit..”

“Iya, tapi itu lebih baik, dari pada tiba-tiba kau tidak datang. Hidupku pasti hancur Keen..” Jawab Yuree penuh ketidaksabaran, matanya mencoba menangkap mata Keen

“Yuree benar.” Shinri menegaskan. Setelah acara minum dan makan malam berlalu, Yuree meminta Hobel dan Ollu mempersiapkan rencana selanjutnya. Keduanya pun bergegas pergi, dan tidak lama kemudian kembali dengan senyum yang mengembang diantara kedua pipinya.

“Semua sudah siap Nona..” Yuree pun membalasnya dengan senyuman.

“Keen, aku mohon…tinggallah beberapa saat dengan ku. Shinri akan pergi sebentar, ada yang harus dia kerjakan.”

Shinri nampak terkejut dengan kalimat Yuree, dia tidak tahu bahwa dia harus pergi secepat ini. Yuree tidak berbicara tentang ini sebelumnya. Tapi dia akan melakukan ini demi Yuree, tanpa banyak tanya.

“Yuree benar, ada yang harus ku kerjakan Keen. Tinggallah beberapa saat disini, aku yakin sudah lama kau tidak bersantai seperti malam ini.” Shinri pun berlalu, Ollu meningikutinya dari belakang.

“Apa yang kau inginkan dariku Yuree?, sepertinya aku tidak dilibatkan dalam rencana-rencanamu malam ini?.” Suara Keen sambil meneguk bir terakhirnya. Yuree tersenyum, “Karena rencana hanya dibuat oleh para pemain di belakang panggung, sedangkan kamu adalah tokohnya Keen, bagaimana mungkin kamu dilibatkan tentang urusan di belakang panggung, itu sangat tidak sebanding untukmu.”

“Kau terlalu berlebihan menyanjungku..” Keen tertawa pelan.

“Tidakkah kau bosan duduk disini Keen?, aku ingin berjalan-jalan di taman itu, kau mau mengantarku?,”

“Bukankah pengantar adalah pelayan?, maka aku berubah menjadi pelayanmu sekarang, baiklah…” Keen pun berdiri, memberikan sambutan tangannya ke arah Yuree. Mereka pun berjalan menyusuri taman. Hingga tiba di balik pepohonan, Yuree tiba-tiba mendekap Keen dari belakang, lalu pelan-pelan membelai punggung Keen.

“Apa yang kau lakukan terhadap pelayan ini Nona Yuree?.” Tanya Keen, dengan tetap tenang.

“Keen, jika para pengagumku mengatakan aku adalah perempuan yang tegar, aku kini mengaku lemah di hadapanmu. Jika pun kau memintaku memijat kakimu, aku akan melakukannya Keen.”

“Yuree, jangan kau tunjukan kelemahanmu di depanku, karena aku takut rasa kasihan yang akan memenuhi kepalaku.”

“Aku tidak peduli Keen, aku lelah menunggumu!!.”

“Bukankah, banyak pria yang kau kencani selama ini?.”

“Keen, aku melakukan itu, karena aku lelah menunggumu.”

“Kau tidak mencintai mereka?!”

“Sebenarnya aku memang mencintai salah satu dari mereka, tapi itu hanya karena rasa jenuhku Keen. Mengertilah…”

“Lalu, menurutmu, apa kamu pantas menjadi perempuanku?,”

“Ya, tidak ada yang lebih pantas selain aku.”

“Kau yakin aku akan menerimamu?,”

“Yakin.”

Seketika, Keen meraih tubuh Yuree dengan kedua tangannya yang kuat, lalu memandang lekat-lekat kedua matanya. Namun dengan gerakan yang tidak kalah cepat, Yuree menjatuhkan tubuhnya ke dalam pelukan Keen, dan merasakan harumnya tubuh pria yang dicintainya. Semakin Keen berusaha melepaskannya, Yuree semakin mempererat pelukannya. Hingga, tiba-tiba, Yuree mendekatkan bibirnya ke bibir Keen. Dan ia enggan melepasnya.

***

Shin, Harmoni di rumah sakit, datanglah. Kau masih bersama Yuree?. Ajak dia. Shinri dikejutkan dengan sms yang diterimanya.

“Li, dia sudah bersama Harmoni sekarang?.” Batinnya.

Iya, aku masih bersama Yuree. Tunggulah, aku akan segera menyusul setelah Yuree siap.

Tidak ada balasan lagi dari Li, dan Shin mulai sedikit gusar. Tapi dia tetap akan duduk di ruangan ini, sebelum yuree mengajaknya pulang. Meski ia tak tahu kapan.

***

Ruang kamar Harmoni terletak di lantai 6, No 123 Orchid. Berada di sisi ketiga dari arah lift. Suara pantulan sepatu pantofel membuat mama Harmoni terperanjak keluar.

“Mereka datang..”

“Tenang Nyona Evi, saya yang akan melihat keluar, tenanglah disini bersama Harmoni.” Tukas Li, yang dengan sigap beranjak berdiri.

“Baik, terimakasih Li, tolong segera.”

“Iya Nyonya.” Sesampainya di pintu luar ruangan, Li hanya menemukan dua sosok pria berkacamata berjalan mendekat ke arahnya. Li menunggu sebentar di tempatnya berdiri.

“Apa anda Tuan Li?, perkenalkan saya Ollu dan ini Hobel.” Sapa keduanya, sambil mengulurkan tangan.

“Siapa kalian?,”

“Kami membawa pesan dari nona Yuree untuk nona Harmoni,” seketika Ollu menyodorkan secarik kertas yang terlipat rapi ke arah Li.

“Ada dimana mereka?, apa mereka tidak akan datang?” Tanya Li, penuh rasa ingin tahu.

“Itu saja tuan yang bisa kami sampaikan, kami akan pergi.” Dan mereka pun segera membalikkan tubuh, dan mengambil langkah menjauh dari Li.

“Apa yang kalian lakukan?,” lirih Li. Ia pun berjalan dengan lemas, matanya tidak beranjak dari secarik kertas di genggamannya.

“Bagaimana Li?, dimana mereka?,” Tanya nyonya Evi dengan cepat setelah melihat gagang pintu terbuka.

“Maaf Nyonya, mereka tidak akan datang malam ini.” Jawab Li singkat.

“Apa??,”

“Iya Nyonya, ada titipan untuk Harmoni, dua pria datang menyerahkannya.” Ungkap Li, wajahnya nampak berubah.

“Surat untuk Harmoni?, apa yang terjadi dengan mereka?, tidak mungkin mereka hanya mengirimkan surat untuk mewakili kehadiran mereka di sisi Harmoni..!” Ucap Mama Harmoni, dengan nada sedikit memberontak, dia berjalan ke arah Li.

“Sebenarnya ada apa ini Li??,” Tanyanya sekali lagi.

“Entahlah Nyonya, mungkin surat ini yang akan menjawabnya.” Ujar Li, sambil menyodorkan kertas yang ada di tangannya. Mereka pun membacanya..

23.18 pm. In this Place. Harmoni, what’s going on whit you?.. Ku akui aku memang sedikit cemas mendengar kabarmu.. Tapi kau tahu benar tanggal ini sudah ku rencanakan sejak setahun yang lalu, 13 Desember 2012. Meskipun aku tidak melibatkanmu, bukankan sudah seharusnya kau tahu!?. Aku datang menemui mimpiku, cintaku dan kebahagiaanku. Dan aku tidak akan pernah melibatkanmu. Karena kau tahu?, aku sudah lelah dengan semua ocehanmu. Kau selalu menganggapku tidak pantas, dan membuatku muak dengan segala komentarmu tentang cintaku pada Keen. Kau selalu bilang, kalau aku tidak pantas untuk Keen, karena aku selalu berkencan dengan pria-pria itu!. Tapi kau salah Harmoni, kau salah!!. Malam ini Keen jatuh di pelukanku. Shinri akan bersamaku, dia tidak akan ku biarkan menemuimu.. Dan satu hal lagi, entahlah, aku tidak tahu akan menemuimu kapan.. Yang jelas, malam ini maaf.. kami tidak akan datang menemuimu..

“Oh Tuhan, apa yang terjadi Li?, mengapa Yuree tega melakukan hal ini?.” Isak nyonya Evi, sambil melipat surat yang ada ditangannya.

“Entahlah Nyonya, aku akan menemui Yuree setelah ini.” Ujar Li, dia juga mulai tak bisa mengendalikan diri, ada kemarahan lain yang bertumpuk mengisi kepalanya.

“Harmoni…kuatkan dirimu honey…” Lirih Mamanya mendekat dan memeluk tubuh yang terbujur diam itu. Tubuh Harmoni terasa dingin. Ada air mata yang menetes di pipi nya, tanpa sepengetahuan Mamanya. Harmoni menangis.

***

14 Desember: 09.00 pm, in Logos Café.

“Oh…Keen, kau sudah datang ternyata.” Sapa dua gadis berambut pirang ke arah kursi di depannya. Ada Keen yang diam terduduk di salah satu kursi yang tertata melingkar itu.

“Apa yang kau inginkan dariku sebenarnya??,” Tanya Keen, suara terdengar gagal menenangkan hatinya.

“Oh, Keen…tunggulah sebentar, bagaimana kalau kau menari denganku?,” Jawab salah satu gadis itu, mereka telah menjatuhkan tubuhnya ke kursi kosong di samping Keen.

“Maaf, aku tidak punya banyak waktu..!”

“Hahahaha…tuan tampan ini sepertinya tidak punya kesabaran yang cukup untuk kita Mori.. aku jadi takut mendengarnya…”

“Hahaha…” Gadis lain menimpali, mereka mulai sibuk menyulut rokok.

“Baiklah baiklah, sebelum kau membunuhku Keen, aku akan menjawab pertanyaan pertamamu tadi.” Asap mengepul dari mulut kedua gadis itu, asap itu mengudara dan hilang, hingga beberapa kali hal yang sama berulang.

“Em…Tuan Keen yang terhormat, kami hanya ingin kau permainkan Yuree seperti kau mempermainkan boneka bekas. Bagaimana?,”

“Siapa sebenarnya kalian?, aku tidak mengerti.” Suara Keen terdengar kasar.

“Oh, Gorin kau benar, pria ini memang tidak punya kesabaran yang cukup untuk kita.” Mori menanggapi.

“Fine, kita memang belum berkenalan, bahkan melalui pesan yang ku kirim padamu kemarin. Namaku Gorin, dan dia Mori.” Gorin kembali menghisap rokoknya. Dan tak lama, kembali berbicara.

“Keen, ikuti apa yang diinginkan Yuree, tapi kemudian tinggalkan dia, dan hidupmu akan selamat.” Jelas Gorin, suaranya penuh dengan tekanan.

“Apa hakmu memerintahku!?,” Kilah Keen penuh amarah.

“Karena adikmu berada di bawah kekuasaanku, aku akan membunuhnya jika kau tidak mengikuti permintaanku.” Tegasnya.

“Apa?, kamu serius mengancamku?...” Suara Keen terdengar lebih santai dari sebelumnya.

“Hem, kau tidak percaya??, aku akan membuktikannya padamu. Besok sore, kau akan melihat adikmu terbunuh di depan rumahmu. Tanpa jejak dan tanpa ada bukti sedikitpun, meski kau tahu, aku lah yang ada di belakang itu semua.”

“Apa maksudmu??,”

“Aku hanya ingin mengingatkanmu, bahwa semua akan jadi semakin sulit buatmu Keen, jika kamu tidak melakukan apa yang ku sampaikan ini.”

“Kalaupun aku meninggalkan Yuree, aku tidak akan melakukannya untukmu Gorin, tapi aku akan melakukannya sendiri tanpa permintaan dan bahkan ancaman dari perempuan sepertimu!.” Desah Keen, matanya mencoba menatap tajam ke arah Gorin.

“Apa!?, jadi kau benar-benar tidak mencintai Yuree??,” Ekspresi Gorin berubah, ia tak yakin apa yang telah didengarnya.

“Sedikitpun itu bukan urusanmu!.” Potong Keen. “Aku akan pergi, selamat tinggal, dan jangan pernah melakukan hal konyol ini lagi.” Tambahnya.

“Baik, aku tahu, kedengarannya semua akan lebih mudah sekarang. Terimakasih Keen.” Gorin nampak tersenyum puas.

“Jangan berterimakasih padaku, aku tidak ingin terlibat apapun denganmu lagi.” tandasnya.

Keen pun berlalu, meninggalkan semua hal yang tidak pernah terpikirkan di kepalanya. Sejak pertemuan dengan Yuree semalam, hingga kata-kata Gorin yang baru saja didengarnya. Semuanya terasa sangat mengganggu. Ia mencoba berpikir sejenak sambil tetap melangkahkan kakinya. Hal yang paling tidak ia sangka adalah Yuree, yang tiba-tiba mengaku telah jatuh hati padanya sejak setahun yang lalu, ciuman dan dekapan Yuree semalam, serangkaian permintaan Yuree yang dilayangkan di telinganya, sampai pertemuannya dengan Gorin beberapa menit yang lalu. Serangkaian peristiwa ini membuat dua malamnya terkuras habis hanya untuk berpikir. Namun satu hal yang pasti, ia harus mengambil sikap sesegera mungkin, itulah yang diyakininya.

***

15 Desember: 12.10 pm, in one of hospital Room. Harmoni masih belum sadarkan diri, tapi mamanya sering melihatnya menangis beberapa saat terakhir ini. Ada sesuatu yang tak bisa lagi ia sembunyikan dengan baik. Rasa ingin tahu yang teramat besar juga selalu mengganggu pikiran Evi.

“Harmoni, sadarlah sayang… Mama benar-benar mencemaskanmu..” Ia pun kembali menghujani putrinya dengan pelukan. Ia mengambil kalung salip yang ia kenakan, dan memindahkannya ke leher Harmoni. “Semoga Yesus benar-benar mendengar doa kita sayang..” Bisiknya penuh air mata.

***

“Jangan begini Yuree, kau sudah keterlaluan!!.” Ujar Li, dengan nada kesal. Wajahnya menatap Yuree tajam.

“Li, hentikan, sepanjang jalan kau terus-menerus memprotesku. Ada apa denganmu?, Apa kau mencintai Harmoni??.” Sahut Yuree dengan sedikit senyuman di bibirnya, ia pun kembali berujar. “Mengaku saja.. Banyak pria dewasa sepertimu yang jatuh hati pada Harmoni, mungkin kebanyakan kalian menganggapnya lebih dewasa dari pada aku.” Tandasnya.

“Ucapanmu semakin konyol Yuree, kamu benar-benar keterlaluan. ketidakdewasaanmu telah menghancurkan banyak hal, kau tahu itu!!.” Suara Li semakin meninggi, kali ini ia benar-benar tidak mampu menguasai diri.

“Aku lelah dengan semuanya Li, cukup!!. Aku akan bahagia dengan Keen, itu saja yang harus kamu tahu, tidak lebih. Dan dengar, aku benci dihakimi seperti ini!!.” Yuree pun berteriak, semampunya, suaranya yang lembut sedikit berubah menjadi agak meninggi.

“Harmoni benar tentangmu, kamu memang egois, tidak berperasaan, bahkan atas apa yang telah ia lakukan untukmu, kamu masih saja merasa benar!!.”

“Tidak ada yang berhak menghakimiku Li. Aku lelah, jika harus berpura-pura diam dan menjadi penurut. Selama ini, Harmoni terlalu banyak bicara. Dan aku membenci setiap apa yang ia katakan tentangku.”

“Heh, kamu bahkan tidak paham apa yang dimaksud Harmoni atas setiap ucapannya. Kamu masih terlalu egois untuk memahami semuanya dengan baik seperti Harmoni Ree!.”

“Cukupp!!!!!, cukup kau menghinaku begini Li. Cukup!!!!!, aku benar-benar tidak tahan!!!.” Nafas Ree terdengar tersenggal-senggal, ia pun tak mampu mengusai diri. Kedua tangannya, menutup rapat telinganya, berusaha tak lagi menangkap suara Li.

“Kata-kata Harmoni semakin benar, aku memang butuh banyak kesiapan untuk mencintaimu Ree. Dan sepertinya aku tak sanggup lagi.” Tiba-tiba Nada suara Li terdengar sangat putus asa. Ia membuang muka, jauh ke arah luar mobil. Dan ia nampak sangat tak berdaya.

“Apa?...apa yang kau katakan Li??, kau mencintaiku??.”

“Iya, aku mencintaimu, dan hanya pria tolol yang mengaku tidak mencintaimu setelah apa yang kau lakukan untuk mereka.”

“Apa??, kau bilang apa??.”

“Ree, kau sering bilang bahwa kau adalah pencinta yang baik. Karena kau telah memperjuangkan semuanya demi cintamu. Cintamu pada Keen, dan cintamu pada pria lain di masa lalumu. Tapi Ree bagiku kau tidak paham cinta itu apa, selain hanya sekedar bermain kartu.”

“Apa maksudmu??!!.”

“Ree, kau selalu mengencani banyak pria, memenuhi apapun yang mereka inginkan, dan membuat mereka bertekuk lutut atasmu. Bahkan tanpa ku sadari, ternyata aku adalah salah satu dari mereka. Tapi setelah kau bosan, kau buang mereka jauh, dan meletakkan mereka di ujung jurang. Dan setelah ini kau merasa Keen layak menjadi milikmu?, padahal sedikitpun aku tidak yakin bahwa Keen mencintaimu.”

“Ohh…kau semakin mirip dengan Harmoni Li, kau banyak bicara dan membosankan!!”

“Bahkan, kau hanya mendengarkan orang-orang yang berkomentar tentang keindahan dalam dirimu. Selebihnya, kau akan membuang semua komentar yang tidak ingin kau dengar. Termasuk Harmoni. Dan setelah apa yang mereka lakukan untukmu, kau bahkan enggan menemui mereka??, sama seperti Harmoni yang tergeletak sekarang. Kau keterlalun Ree, kau benar-benar keterlaluan. Kau mengukur semuanya dari sisimu. Kau bahkan pendendam. Lihatlah betapa buruknya dirimu. Bahkan pada Harmoni pun, kau tidak melakukan apapun!!.” Tanpa diketahui Li, ternyata wajah Ree telah tergenangi air mata. Pelan-pelan, terdengar suara sesenggukan yang menggoncangkan tubuhnya.

“Hentikan Li… tolong hentikan… aku tidak sanggup mendengar kata-katamu lagi…” Suaranya melemah, pasrah, dan semakin terdengar tidak jelas karena basuhan air mata yang memenuhi wajahnya.

“Temuilah Harmoni Ree, temuilah dia. Ajaklah Shinri juga. Tapi jika kau benar-benar tidak ingin menemuinya, tolong jangan halangi Shinri untuk menemui Harmoni.” Lirih Li dengan nada yang lebih tenang dari sebelumnya. Yuree tetap menangis, dan Li tetap terdiam. Bayangan Harmoni tiba-tiba memenuhi kepala mereka.

***

Li, where a u?, please acompany me, aku ingin bertemu dengan Harmoni. Li terkejut saat membaca pesan di layar hp nya. Dengan sangat sigap ia segera menelfon sang pengirim pesan.

“Shin, aku di rumah sakit. Kemarilah.”

“Oh, baguslah, 10 menit lagi aku sampai. Tapi tolong temui aku dulu Li, aku butuh saranmu.”

“Baik, I’ll waiting for you. Meet me in canteen.”

“Ok, thanks.”

20 menit kemudian…

“Li, aku takut.”

“Sudahlah, kita baru saja membicarakan ini. Harmoni tidak seperti yang kalian bayangkan. Jangan biarkan dia menunggumu terlalu lama Shin. Bicaralah apa adanya tentang Yuree, aku yakin dia pasti bisa mengerti.”

“Baiklah.” Shinri menarik nafasnya dalam-dalam sebelum memasuki ruang kamar Harmoni. Ada tante Evi yang duduk di sofa, keadaannya terlihat menyedihkan. Shinri pun dengan segera memberi pelukan, dan air mata mewakili kata-katanya.

“Tante, aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa kecuali dengan air mata ini.”

“Iya tante mengerti, tenanglah, mari kita meminta kesembuhan Harmoni pada Yesus.” Ucap Tante Evi dengan tenang.

Shinri tenggelam dalam tangisan. Lalu pelan-pelan, tante Evi menggandengnya, mendekati Harmoni.

“Astaga, apa yang terjadi padamu Harmoni?. Kau benar-benar terlihat menyedihkan. Kau kurus, matamu hitam dan cekung tak karuan. Bibirmu..bagaimana bisa sekering ini?, Kulitmu pucat Harmoni. Oh Yesus, lindungi Harmoni, jangan kau buru-buru membawanya ke surga.” Shinri memeluknya dengan linangan air mata yang tidak kunjung berhenti. Terus menerus, hingga tanpa sadar, tangan Harmoni bergerak.

“Tante, Harmoni bergerak..” Teriak Shinri dengan senyum yang sedikit mengembang.

“Oh Yesus, benarkah Shin??, Li..tolong panggilkan dokter.” Seketika Tante Evi mendekap tubuh Harmoni, dan merasakan tangannya bergerak.

“Shin, Harmoni sadar…,” Wajah Tante Evi berubah, ia melihat tajam ke arah Shinri, dan mencium kedua tangan Harmoni.

Belum sempat dokter datang, Harmoni telah mulai membuka matanya. Dia pun tersenyum pelan, dan diikuti beberapa air mata yang berjatuhan di pipinya, setelah sadar apa yang telah terjadi padanya. Ia melihat Shinri dan Mamanya berdiri di sisi kanan dan kiri ranjang. Tubuhnya dipenuhi selang.

“Shin…kau…sudah datang?, Yuree… dimana?, dimana dia?...” Tanya Harmoni dengan nada yang terputus-putus, ia terlihat masih sangat lemah.

“Maafkan aku Harmoni, aku terlambat datang. Yuree masih menenangkan dirinya di apartemen. Entahlah, kami bertengkar semalam. Dia bahkan tidak menitipkan salam untukmu.”

Harmoni meraih tangan Shinri dengan sangat lemah, lalu berkata “Shin, ada yang salah dengan kita bertiga. Aku tidak ingin persahabatan kita memburuk seperti ini. Kau tahu, akhir-akhir ini, kita tidak lagi sibuk untuk saling menjaga. Gorin akan merusak persahabatan kita Shin. Kau tahu?, perasaan cinta akan mengurung kita di sangkar masing-masing, Gorin telah merencanakan semuanya dengan baik Shin. Ada yang salah dengan definisi cinta dan persahabatan di kepala kita. Cinta tidak akan pernah melukai shin, dan cinta tidak akan pernah menuntut kesempurnaan. Persahabatan pun demikian. Harusnya, setiap orang yang memahami persahabatan dengan baik, tidak akan pernah salah atas perasaan cintanya. Tapi kenapa kita justru terjebak saat ini Shin?. Gorin akan menghancurkan kita semua, jika kita selemah ini.”

“Gorin menemuimu?, Astaga.. apa yang telah ia lakukan padamu Harmoni?, apa dia yang membuatmu seperti ini?,” Shinri terlihat cemas, dan ada penyesalan yang tak bisa ia sembunyikan.

“Iya, Gorin yang melakukan semuanya. Maafkan aku, aku lebih dulu tak sadarkan diri sebelum mengatakannya pada kalian Shin.. Aku berharap kalian bisa segera datang, tapi sepertinya semua terlambat. Sampai akhirnya Yuree benar-benar mewujudkan pertemuan tanggal 13 kemarin. Dan semua semakin memburuk, setelah ia tak mampu mengendalikan perasaan cintanya pada Keen yang sedang berdiri tepat di hadapannya. Kau lihat, betapa perasaan cinta telah menguasai dirinya kini Shin, hingga dia kesulitan memikirkan hal lain. Aku mohon Shin, mengertilah bahwa semua konsep kehidupan ini adalah sama. Tidak ada yang berubah. Mencintailah dengan tulus, dan jangan senang menyakiti, lalu bersahabatlah dengan tulus, dan jangan biarkan ada iri dengki tinggal di hati. Aku hanya ingin Yuree melihat segala resiko atas apapun yang ia lakukan, tidak lebih Shin. Aku takut dia akan terluka lagi, hanya itu. Tapi sepertinya dia salah mengerti tentang apa yang ku maksud”.

“Harmoni, Li memang benar tentangmu, kamu tidak seperti yang kami bayangkan..” Shinri memeluk erat tubuh Harmoni, dan mereka menangis bersama.

***

“Keen, kau bisa menemuiku malam ini?,” Suara Yuree terdengar sedikit terisak.

“Ree, kamu kenapa?, kamu menangis?...” Jawab Keen dengan nada peduli.

“Keen, aku butuh kamu malam ini, datanglah ke apartemenku..”

“Oh, seandainya bisa aku benar-benar ingin datang Ree, tapi maaf…aku sudah berjanji menemui adikku, dan aku tak bisa membatalkannya. Coba hubungi Shin, atau temanmu yang lain.” Keen menambahkan.

“Keen, aku butuh kamu!!, aku tidak butuh mereka semua!!,” Keen terperanjak, suara Yuree terdengar sangat marah.

“Ree, aku tidak bisa..” Jawab Keen, tegas.

“Keen kalau kau tidak datang, aku akan bunuh diri!!.” Kini Yuree mencoba mengancam Keen.

“Kau tidak berhak melakukan itu Ree.. aku akan sangat membencimu jika kau benar-benar melakukannya...” Keen berbalik mengancam Yuree, nada suaranya tetap tegas, dan lembut.

“Keen, bahkan saat aku akan mati pun, kamu tidak peduli padaku…?” Suara Yuree berubah meratap.

“Aku tidak bisa Ree.. Jaga dirimu, dan ku mohon, lupakan aku. Aku tidak bisa..”

Mendengar apa yang dikatakan Keen, seketika tubuh Yuree terasa lemas, istana impian yang telah di bangunnya beberapa malam lalu bersama Keen, tiba-tiba runtuh dan menindih tubuhnya, tanpa tersisa. Ia tak berdaya, dan tidak ada satu pun yang menolongnya.Yuree benar-benar tak bisa kuasai diri, dia pun menangis terisak di sofa merahnya. Menangis dan menjerit tanpa ada seorang pun yang datang. Dikoyaknya pakaian yang dikenakannya, sambil berjalan terhuyung ia membanting semua barang yang ada di sekelilingnya. Tiba-tiba ia meraih gunting di tepi meja, hingga sampailah ia di pintu kamar mandi, dan menyatat pergelangan tangannya. Darah mengalir, dan seketika ia pingsan tanpa ada seorang pun yang tahu.

THE END *** Just note:

persahabatan itu ikrar, harusnya tak dinodai oleh ego tiap pengikrarnya.. namun, ketahuilah, tiap orang berhak memiliki batas privasinya sendiri-sendiri.. perbedaan caralah yang sering jadi pemicu.

Senin, 10 Desember 2012