Senin, 08 April 2013

Di sudut jendela kamarku

Sore ini gerimis, mendung menggantung di tepi-tepi langit. Ada iringan hembusan angin yang cukup kencang. Halaman rumahku kembali kotor karena daun-daun banyak yang berguguran. Dari jendela kamar, ku lihat mbok sumi sibuk menyapu membersihkan dedaunan.

Aku senang duduk di sini, di sudut jendela kamarku. Dari sini, aku belajar mengamati, mengamati kupu-kupu yang terbang, mengamati daun-daun di dahan, mengamati anak-anak burung yang bernyanyi di atas sarang, mengamati angin serta gerimis yang datang diam-diam, dan mengamati Mama setiap ia hendak pergi ke kantor serta saat ia pulang.

Mama, aku senang mengamatinya, dan entah kenapa aku sering merindukannya. Meski mama jarang tahu kebiasaanku ini. Apalagi saat mama pergi untuk urusan kantor hingga berhari-hari beberapa bulan yang lalu, aku rindu sekali padanya. Tapi tak ada yang tahu kecuali aku dan mungkin anak-anak burung itu, tidak pula mama.

Matanya menyuguhkan ketenangan, caranya tersenyum membuatku terpana, kehangatan sorot matanya membuatku selalu merindukannya setiap malam, gerakannya yang nampak hangat membuatku merasa tenang meski dari kejauhan, kesigapannya dalam bertindak membuatku sangat terkesan akan ketekunan dan kedisiplinannya.

Aku banyak belajar dalam diamku, dan aku tak senang bersuara. Mama selalu bilang, saat aku bicara kalimatku acak-acakkan dan kasar.

Aku juga sering bingung, entah mengapa setiap kali aku berbicara pada mama, intonasiku berubah, ekspresiku pun nampak sangat tidak ramah. Maka bisa dipastikan mama tidak senang dengan caraku. Yang ku tahu hanya, aku sering kehilangan kehangatan sorot mata mama serta senyumnya tak lagi ramah seperti saat aku melihatnya dari jendela kamarku.

Namun, tiap malam datang, aku selalu berdoa semoga pagi segera tiba, karena aku akan kembali duduk di sudut jendela kamarku, untuk tetap melihat mama. Karena aku tahu, aku tak pernah bisa berhenti mengaguminya.

Untuk Quen.. Jadilah kuat dek.. :))