Selasa, 28 Desember 2010

Teropong Kampus

TK2 Butuh Home Theatre
Oleh: Asri Aisyah El Zahra & M. Roihan Rikza

Sabtu sore (12/11) sepulang PKPBA, para mahasiswa yang melintas di sekitar gedung A dan gedung B terkejut oleh aksi tarian dan olah vokal yang digelar oleh sekelompok pemuda dan pemudi yang tidak mengenakan jilbab. Setelah diselidiki lebih dalam, ternyata sekelompok ini adalah binaan teater TK2. Efendi (yang lebih akrab disapa Boceng) selaku Ketua Teater Komedi Kontemporer (TK2), berpendapat tidak bisa memaksa mereka dalam hal tersebut. “Sebenarnya kami tidak ingin menggunakan pelataran gedung B sebagai tempat latihan, tapi tidak adanya ruang latihanlah yang memaksa kami berlatih disini.”
Sebenarnya sejak tahun 1990-an, proposal permohonan ruangan sudah diajukan berkali-kali, namun tidak membuahkan hasil hingga saat ini. Hanya janji-janji kosong saja yang didapatkan. Tak hanya itu, dia juga menyampaikan keluhan tentang larangan penggunaan Home Theatre Fakultas Humaniora dan Budaya, yang notabene merupakan tempat yang tepat untuk pementasan. “Perizinan hanya diberikan sekali, namun selanjutnya tidak diperbolehkan lagi,” jelas mahasiswa PAI semester 9 ini.”Padahal pementasan di SC jelas tidak kondusif, suara menggaung dan tidak sampai ke penonton di belakang. Alternatif outdoor tidak jauh beda, pernah saat cuaca buruk acara diundur sampai hujan reda, sehingga penonton hanya berasal dari komunitas saja. Hal ini sangat menyulitkan kami.”
Sementara bagian kemahasiswaan sendiri tak mau berkomentar banyak. Saat ditanya masalah pengelolaan ruangan di UIN Maliki Malang, Jaiz, selaku Kabag Kemahasiswaan memilih tutup mulut. Dia tak memberikan komentar apapun terkait hal tersebut.
Karena berlabel islam, UIN Maliki Malang menjadi kawasan yang asing bagi para kaum perempuan yang tidak mengenakan jilbab. Meski tidak selalu, cibiran dan beberapa pendapat miring kerap dikeluarkan para mahasiswa yang menjunjung tinggi peraturan tak tertulis ini. “Awalnya saya negative thinking melihatnya. Tapi meskipun begitu, dalam hati saya yakin bahwa mereka bukan mahasiswa UIN”, papar Nurul Hidayati, salah satu mahasiswi jurusan Akuntansi.
Dari pengakuan Boceng, TK2 memang sering menerima permintaan dari beberapa sekolah untuk melatih pementesan. ”Anak-anak ini berasal dari SMA 3 Pasuruan, dan kami diminta membantu melatih mereka untuk persiapan festival yang akan diselenggarakan Universitas Negeri Malang (UM) pada hari Minggu (14/11),” “Hal semacam ini tidak hanya terjadi sekali, pernah juga siswa dari Blitar, bahkan STAIN Jember mengajukan permintaan bantuan latihan bersama kami,” sambungnya.
Dia menjelaskan bahwa Teater K2, yang didirikan 18 Agustus 1986, disebut merupakan wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan minat dan bakat dalam bidang kesenian. Hal ini, sebagaimana selalu disinggung dalam materi Tarbiyah Ulul Albab (TUA) merupakan salah satu fokus utama UIN Maliki Malang. Berkali-kali juga disebutkan bahwa UIN Maliki Malang sangat menekankan pengembangan seni. Namun ternyata realita yang didapati tak seindah tampaknya.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar